Senin, 29 September 2014

Health Education : Trauma Mata [mata]

TRAUMA MATA
Pembagian :
I Trauma tumpul :
            Konkusio = trauma tumpul pada mata yang masih reversibel, dapat sembuh sendiri, dan normal kembali
            Kontusio = trauma tumpul yang biasanya menyebabkan kelainan vaskular dan jaringan, robekan
II Luka akibat benda tajam :
A.    tanpa perforasi
B.     dengan perforasi : - tanpa benda asing intraokular
- dengan benda asing intraokular
III Luka bakar & etsing :
            Oleh karena : a. Sinar & tenaga listrik
                                   b. agens listrik, misalnya luka bakar
                                    c. agen kimia : etsing

Jenis-jenis Trauma Mata
            Trauma mata dibagi dalam 2 golongan besar :
  1. Trauma Mekanik :
    1. trauma tajam
    2. trauma tumpul
    3. trauma benda asing
    4. trauma ledakan
bukan hanya mekanik, akan tetapi bersamaan dengan trauma kimia, trauma termik, bisa dengan benda asing atau tanpa benda asing.
            Trauma Tumpul :
i.                    kontusio : kerusakan disebabkna oleh kontak langsung suatu benda dari luar terhadap bola mata menyebabkan robekan dari dinding bola mata.
ii.                  Konkusio : trauma tumpul bola mata secara tidak langsung, trauma terjadi pada jaringan sekitar boloa mata, kemudian getarannya sampai ke bola mata, atau akibat ledakan dari jauh yang dirambatkan oleh udara sampai ke bola mata.

Kontusio / konkusio dibagi :
1.      kerusakan molekular
menyebabkan kelainan fungsi akibat sel Þ terlihat secara PA
2.      reaksi vaskular
berupa vasokonstriksi disusul vasodilatasi kapiler oleh karena otot kapiler Þ permeabilitas kapiler meninggi Þ oedema / perdarahan.
3.      robekan jaringan
terlihat secara makroskopis.

  1. Trauma Non Mekanik :
    1. trauma kimia
    2. trauma termik
    3. trauma radiasi
    4. trauma elktrik ( listrik )
    5. trauma ultrasonik
    6. trauma tekanan :
barometrik
getaran

  1. trauma tajam :
kena pecahan kaca mobil, kacamata, botol, paku, besi
  1. trauma tumpul :
kena pukulan tangan, batu, gelas
  1. trauma benda asing :
tertembak peluru senapan angin
  1. trauma ledakan :
ledakan karbit, ledakan ban mobil yang pecah.
  1. trauma kimia :
air accu, asam cuka, cairan HCl, caustik soda
  1. trauma termik :
api, bensin, korek api, air panas
  1. trauma radiasi :
sinar las

Trauma Tumpul Dapat Menyebabkan :
  1. Perdarahan palpebra
= ecchymosis, black eye
Perdarahan hebat : palpebra bengkak, warna kebiru-biruan
            Perdarahan dapat menjalar ke bagian lain : di muka, atau menyeberang ke mata lain : hematoma kacamata = Brill hematoma. Perdarahan yang timbul 24 jam setelah trauma menuinjukkan adanya fraktura dari dasar tengkorak.
Terapi : - bila hanya perdarahan palpebra saja, kompres dingin, 24 juam kemudian disusul dengan kompres hangat untuk mempercepat penyerapan
              -  koagulansia           

  1. Emfisema palpebra
Teraba sebagai pembengkakan dengan krepitasi, sebab ada udara di dalam jaringan palpebra yang longgar. Menunjukkann adanya fraktura dinding orbita sehingga menimbulkan hubungan langsung antara orbita dengan ruang hidung atau sinus-sinus sekeliling orbita.
Terapi : berikan balutan yang kuat untuk mempercepat hilangnya udara dari palpebra, dan jangan bersin atau buang ingus oleh karena dapat memperhebat emfisemanya; disusul dengan pengobatan terhadap frakturnya.

  1. Laserasi palpebra
Terapi : laserasi dijahit

  1. Ptosis
Kausa : - parese atau paralisa dari M. Levator Palpebra Superior ( N. III )
-          pseudoptosis oleh karena oedema palpebra
            Bilamana ptosis setelah 6 bulan pengobatan dengan kortikosteroid dan neurotopik tidak ada perbaikan, dilakukan operasi.

  1. Hiperemia dan perdarahan sub konjungtiva
Hiperemia konjungtiva, disebut juga : ”konjungtivitis traumatika”              ( salah ). Dapat sembuh sendiri, terapi simtomatis dengan antibiotika untuk mencegah infeksi.
Perdarahan subkonjungtiva : diberi kompres dingin, pada hari I, dan pada hari berikutnya dengan kompres hangat untuk mempercepat penyerapannya, juga diberikan koagulansia.

  1. Oedema Kornea
Keluhan : visus menurun, rasa sakit, silau.
Dapat sembuh dengan spontan.
Terapi : - simptomatis
              - nyeri : analgetika
              - cegah infeksi sekunder : antibiotika lokal salep dan tetes mata
              - bilamana tidak ada komplikasi ulkus kornea, dapat diberikan kortikosterod tetes mata / salep mata untuk mempercepat hilangnya oedema kornea

  1. Perdarahan di dalam Bilik Mata Depan = Hifema
Perdarahan berasal dari : iris dan corpus siliaris.
Ditakutkan : perdarahan sekunder
                     Lebih hebat dari perdarahan primer
                     Biasanya terjadi pada hari ke-5
Penyulit/komplikasi : - uveitis
                                    - glaukoma sekunder
                                    - imbibisio kornea/hemosiderosis
                                                → corneal blood staining
Terapi : semua penderita harus dirawat , istirahat di tempat tidur, satu atau dua mata ditutup selama 5 hari. Diberi antibiotika lokal ataupun sistemik.
Hifema pada umumnya tak berbahaya dan cepat menghilang. Pada sebagian penderita terjadi : peningkatan TIO
                                             Corneal blood staining
Peningkatan TIO > 50mmHg ( 2hari ) akan merusak N.Opticus.
Prinsip penanganan :
-          mencegah perdarahan sekunder
-          mencegah glaukoma sekunder
            Pada hifema yang sangat besar/berat, penderita dirawat selama 4-5 hari. Pencegahan perdarahn sekunder dengan antifibrinoliotik sistemik : tranexamic acid 25mg/kg BB 3x sehari ( Transamin 3x250mg ).
Traumatic uveitis : topical steroid dan atropin
Penanganan glaukoma :
-          medical
-          surgical ( operasi )
  1. Medical treatment :
Timolol
      Carbonic anhydrase inhibitors
      Hyperosmotic agents
2.      surgical evacuation ( Parasintesa )
dengan atau tanpa trabekulektomi dilakukan : apabila TIO > 50mmHg ( 2 hari ) atau lebih dari 35 mmHg selama 7 hari.

  1. Midriasis pupil
Disebabkann iridoplegia akibat parese serabut saraf yang mengurus otot sfingter pupil. Iridoplegia dapat terjadi secara temporer selama 2-3 minggu dapat pula secara permanen.
Terapi : - istirahat di tempat tidur, memakai kacamata hitam
              - dilarang membaca
              - pilokarpin sebagai miotika

  1. Kelainan lensa
-          dislokasi lensa : sebagian ( subluksasi ), atau total ( luksasi )
-          katarak traumatika : timbul karena gangguan nutrisi
               trauma tajam atau tumpul
               radiasi
               bahan kimia

  1. Glaukoma sekunder
segera setelah trauma sampai beberapa harai timbul hipotoni, yang kemudian disusul dengan hipertoni, yang mungkin disebabkan :
    1. mekanisme pengaturan cairan terganggu
    2. ada subluksasi atau luksasi lensa
    3. ada hifema
Terapi : 1. diamox
              2. gliserin 50%
              3. kalau perlu manitol atau ureum infus
Kalau TIO tidak turun dapat dilakukan iridenkleisis, kalau 5-9 hari hifema tidak hilang dapat dilakukan parasintesa      

  1. Perdarahan badan kaca
darah berasal dari : badan siliar, koroid, retina
Pengobatan :   - koagulansia : oral & parenetral
                        - istirahat ditempat tidur
            Koagulansia = Adona Ac 17
                                    Anaroxyl
                                    Decinon
            Vitamin C dosis tinggi = B com C
                                                     Becefort
                                                     Surbex T
Vitrektomi : dilakukan 6 bulan setelah pengobatan Þ bila masih ada kekeruhan
Lain-lain :  * penyuntikan garam hipertonis ( NaCl 2%) 0,5cc 2x    seminggu subkonjungtiva Þ darah, diserap ke pembuluh darah
                     *kortison subkonjungtiva, kortison mencegah timbulnya jaringan fibrotik Þ mencegah retinitis proliferans Þ mencegah ablasio retina.

  1. Kelainan retina
-          Oedema retina
* ”comotio nretina ”  = Berlinsche Trubung
* Terjadinya di daerah polus posterior, dekat bmakula, perifer
* Retina : akan tampak seperti susu
* Bila mana terjadi di makula : visus sentral sangat tergangggu
                                                   Skotoma sentral
* Terapi : i. istirahat : oedema dapat diserap → refleks fovea tampak   kembali.
                  ii.Untuk mempercepat penyerapan memakai kortison subkonjungtiva selama 2 minggu

-          Ruptur retina
Dapat menyebabkna ablasi retina = Retinal Detachment.
Umumnya robekan berupa huruf V di daerah temporal atas, melalui robekan cairan badan kaca masuk ke celah potensial, diantara sel epitel pigmen dan nlapisan batang dan kerucut → ablasio retina → kebutaan.
Terapi : dengan pengeluaran cairan subedema
               Koagulasi ruptur dengan diatermi

-          Perdarahan retina
Dapat disebabkan oleh trauma tumpul → pecahnya pembuluh darah.
Bentuk perdarahan tergantung lokasi.
            ~ bila terletak pada lapisan serabut saraf akan tampak sebagai bulu ayam
            ~ bila lebih keluar tampak sebagai bercak yang berbatas tegas
            ~ perdarahan di depan retina (preretina) : mempunyai permukaan datar di bagian atas, dan cembung di bagian bawah
      Darahnya dapat masuk ke badan kaca, yang akan menimbulkan keluhan berupa bayangan hitam dilapangan penglihatan, bila banyak dan masuk ke dalam badan kaca dapat menutup jalan cahaya sehingga visus sangat terganggu.

  1. Kelainan-kelainan gerakan bola mata    
-          Lagoftalmos : lumpuhnya N. VII
-          Ptosis (blefaoptosis) : lumpuhnya M.Levator palpebra
-          Gamgguan gerakan kardinal bola mata : gamgguan otot mata luar

Luka Akibat Benda Tajam         
  1. Luka pada palpebra
Kalau pinggiran palpebra luka dan tidak diperbaiki dapat menimbulkan koloboma palpebra akwisita. Bila luka besar dapat mengakibatkan kerusakan kornea oleh karena mata tidak dapat menutup dengan sempurna. Oleh karenanya tindakan harus cepat.
Terapi dengan memperbaiki kontinuitas margo palpebra dan kedudukan bulu mata, jangan sampai menimbulkan trikhiasis. Bila mana mengenai palpebra inferior bagian nasal dapat memotong kanalikuli lakrimal inferior sehingga air mata tidak dapat melalui jalan yang seharusnya, dan mengakibatkan epifora. Rekanalisasi harus dikerjakan secepatnya, bila ditunggu 1-2 hari sukar untuk mencari ujung-ujung kanalikuli tersebut.

  1. Luka pada orbita
Luka tajam yang mengenai orbita dapat merusak bola mata, merusak saraf optik, menyebabkan kebutaan, atau merobek otot luar mata sehingga timbul paralise otot dan diplopia.
Luka mudah terkena infeksi → selulitis orbita (orbital phlegmon) oleh karena adanya benda asing, adanya hubungan terbuka dengan rongga-rongga disekitar orbita. Tindakan secepat mungkin, untuk menghindari infeksi, dengan pemberian antibiotika atau kemoterapeutika, lokal atau sistemik, serta dibuat foto untuk diagnosa.

  1. Luka mengenai bola mata
Tentukan : - luka dengan atau tanpa perforasi
                   - luka dengan atau tanpa benda asing
Kalau ada perforasi di bagian depan ( kornea ) :
           * COA dangkal
           * kadang-kadang iris melekat atau menonjol pada luka perforasi di kornea
           * TIO menurun
           * Tes Fistel +
Kalau perforasi di bagian posterior (sklera) :
           * COA dalam
           * perdarahan di badan kaca, koroid, retina
           * mungkin ada ablasi retina
           * TIO menurun

a. luka mengenai konjungtiva
    bila kecil dapat sembuh spontan, bila besar perlu dijahit, disamping pemberian antibiotika lokal dan sistemiok untuk mencegah infeksi sekunder         

b. luka di kornea
          bila tanpa perforasi : erosi kornea, benda asing kornea
          jaga juangan sampai kena infeksi → ulkus serpen akut, dengan pemberian antibiotika, kemoterapeutika baik lokal maupuin sistemik yang berspektrum luas.
          ~ Benda asing di kornea :
              Dikeluarkan dengan : pahat benda asing maupun jarum hypodermik yang steril, setelah sebelumnya diberi anestesi lokal : tetracaine 0,5-1%. Berikan kortison lokal maupun subkonjungtiva → bila ada neovaskularisasi dari arah limbus. Kortison tidak diberikan bila ada luka baru atau ulkus serpens akut.
          ~ Bila ada perforasi
             Harus bertindak secepat mungkin
             Bila ada luka kecil konjungtiva di limbus yang berdekatan dilepaskan kemudian ditarik supaya menutup kornea tersebut → flap konjungtiva.
          ~ Bila ada luka kornea luas : luka harus dijahit,kemudian ditutup dengan flap konjungtiva.
          ~ Bila luka di kornea disertai prolaps iris, iris yang keluar harus dipotong dan sisanya direposisi, robekan kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva. Kalau luka telah berlangsung beberapa jam sebaiknya COA dibilas dulu dengan larutan Penisillin 10.000 U/cc sebelum kornea dijahit. Sesudah selesai seluruhnya berikan antibiotoka dengan spektrum luas : lokal, sistemik, subkonjungtiva.
             Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit. Tindakan-tindakan tersebut harus dilakukan seapsepsis mungkin untuk mencegah infeksi sekunder dan oftalmia simpatika.
             Selama perawatan harus diperhatikan mata yang lain [mata yang sehat], terutama bila :
a.       pada mata yang sakit terus-menerus merah, karena injeksi siliar, lakrimasi, terdapat eksudat di COA yang berlangsung lebih dari 3 minggu.
b.      Mata yang sakit menunjukkan tanda-tanda radang yang hilang timbul
c.       Pada mata yang sehat menunjukkan tanda iritasio simpatika, yaitu : visus meurun, lakrimasi, injeksi siliar, dijumpai Tyndal + dan flare + pada COA.
      Inilah saatnya mengobati mata seperti ini dengan pengobatan ytang sama dengan iridosiklitis, dengan terapi :
      - sikloplegia
                        - kortikosteroid lokal maupun sistemik
      - antibiotika berspektrum luas
Bila terdapat katarak traumatika harus diawasi sampai seluruh masa lensa diserap, sebab masa lensa yangv tersisa dapat menyebabkan uveitis dan glaukoma sekunder.
Bila terjadi glaukoma sekunder dapat diberikan obat anti glaukoma       ( diamox, pilocarpine, timolol maleat ). Bila perlu lakukan operasi glaukoma.
           
            c. Luka di sklera
               Luka kecil : luka dibersihkan, tutup dengan konjungtiva, beri antibiotika baik lokal maupun sistemik, mata ditutup.
               Luka yang besar : perdarahan badan kaca
                                             Prolaps badan kaca
                                             Koroid mungkin terdapat dalam luka
               Bila mata masih ada kemungkinan melihat :
                                             ~ luka dibersihkan
                                             ~ jaringan yang keluar dipotong
                                             ~ luka sklera dijahit
                                             ~ konjungtiva dijahit
                                             ~ berikan atropin tetes mata
                                             ~ kedua mata ditutup
               Bila mata tidak dapat melihat lagi : enukleasi untuk mencegah oftalmia simpatika mata yang sehat.

            d. Luka pada korpus siliaris
               Prognosis buruk pada mata yang kena trauma : endoftalmitis
                                                                                          Panoftalmitis
                                                                                          Ptisis bulbi
               Pada mata yang sehat dapat timbul oftalmia simpatika, sebaiknya dilakukan enukleasi pada mata yang kena trauma.


Luka Dengan Benda Asing Di Dalam Bola Mata :
Pemeriksaan teliti & sistematis untuk  menetukan adanya, macamnya, lokalisasi benda asing.
Harus dilakukan : 1. anamnesa yang baik
                              2. pemeriksaan klinis
                              3. funduskopi
                              4. foto rontgen
                              5. pemeriksaan dengan magnet
                              6. ultrasonografi
Benda asing intraokular :
Ada dua macam benda asing : a. inert : emas, gelas, porselin
                                                  b. iritatif : timah, nikel, aluminium, tembaga, besi
Jalan masuknya korpus alienum intraokular :
            * robekan pada kornea atau sklera
            * korpus alienum dapat terletak pada : sklera, menancap di lensa, vitreous, koroid, retina, atau menembus sklera lagi → disebut perforasi ganda.
Semua korpus alienum jenis iritatif dapat menyebabkan uveitis yang berat dengan akumulasi pus yang berakhir dengan ptisis bulbi.
Besi : membuat reaksi khas = siderosis, yang menyebabkan degenerasi pada jaringan yang kena.
Tembaga (Cu) : membuat reaksi khas = chalcosis, deposit tembaga pada seluruh jaringan mata memberikan gambaran yangb khas.
Pengobatan :
Prinsip :  setiap benda asing intraokular harus dikeluarkan.
Kalau benda asing dapat diambil → ekstraksi secepatnya, kalau tidak dapat diambil lakukan enukleasi bulbi untuk mencegah oftalmia simpatika pada mata yang lainnya.


Luka Oleh Agen Kimia (Etsing)
         = cedera kimia
a. Cedera Alkali
     terjadi reaksi penyabunan, karena itu proses berjalan terus, dengan akibat nekrosis sel dan jaringan. Derajat kerusakan ditentukan oleh : derajat alkali dan lamanya kontak . Amonium hidroksida larut dalam lemak karena itu penetrasi amonium hidroksida tercepat diantara alkali lainnya. Calsium hidroksida yang paling lama, Kalium hidroksida cepat, natrium hidroksida lebih cepat.

b. Cedera Asam
     terjadi koagulasi protein, karena itu proses biasanya terbatas dan tidak progresif. Berat kerusakan tergantung jenis dan derajat keasaman, serta afinitas terhadap protein. Asam sulfat melakukan penetrasi lebih cepat daripada asam klorida ataupun asam fosforik.
Ada 3 stadium :
     1. stadium I (ringan)
          Erosi epitel kornea, kekeruhan rinagn pada kornea, tidak ada nekrosis konjungtiva/sklera.
     2. stadium II (sedang)
         Kekeruhan kornea, nekrosis ringan pada konjungtiva dan sklera
     3. stadium III (berat)
      Kekeruhan kornea, pupil tidak dapat dinilai, nekrosisi yang berat dari konjungtiva dan sklera Þ warna pucat
Pengobatan :
Tindakan segera, membersihkan zat yang menyebabkan etsing, bila berupa tepung dikeluarkan dengan pinset, dibersihkan/dibilas dengan air apa saja : air sumur, air dari mata air, air amsak yang didinginkan, boorwater selama 15-30 menit, terutama bila penyebab alkali. Kemudaian diberi antibiotika salep mata, ditutup, dikirim ke rumah sakit. Di rumah sakit dibilas dengan garam fisiologis yang steril selama 15-30 menit, kemudian netralisasi.
Untuk :
-          zat asam dengan bikarbonat natrikus 1% steril
-          zat alkali dengan asam cuka steril 1% atau asam tanin 1-5% ( terutama kalau penyebabnya analin)
netralisasi dilakukan selama satu hari, mula-mula tiap 1 menit, kemudian 3 menit, 5 menit, 10 menit, 15 menit, 30 menit, sampai tiap jam. Kemudian diberikan pantokain, sulfas atropin. Bila penyebabnya KOH diberi EDTA yang akan bereaksi dengan KOH yang melekat pada jaringan, kemudian diberi sulfas atropin, antibiotika (lokal, sistemik). mAta dibebat dan penderita dirawat di rumah sakit. Berikan juga air mata buatan (Cendo Lyteers ED)→Potasssium Chloride.

Cedera Radiasi
Ada 3 tipe lesi radiasi :
1.      lesi termis
2.      lesi abiotik
3.      lesi ionisasi
Lesi termis ditimbulkan oleh sinar ‘infra red’ (invisible rays) berupa : blefaritis kronik, kekeruhan kornea, atrofi iris, katarak, kerusakan makula  karena terfokusnya sinar pada makula. Jaringan yang berpigmen yang memiliki daya absorpsi tinggi seperti : uvea dan retina lebih mengalami kerusakan. Kerusakan terutama pada waktu terjadi gerhana matahari, melihat denagn mata telanjang, menimbulkan kerusakan irreversible pada makula lutea. Untuk mencegah jangan melihat gerhana matahari dengan mata telanjang, diperlukan filter tertentu.
Lesi abiotik ditimbulkan oleh sinar ”ultraviolet”, lesi berupa : eritema yang berbatas jelas, hanya pada daerah yang teradiasi, lensa : katarak.
Lesi ionisasi yang ditimbulkan oleh sinar X/radium : katarak.

Luka bakar ada 3 stadium :
I.                   hiperemia konjungtiva, kekeruhan ringan pada epitel kornea
II.                khemosis konjungtiva, nekrosis epitel /lapisan luar kornea
III.             nekrosis konjungtiva dan nekrosis yang dalam epitel kornea
Akibat dari stadium II dan III dapat timbul : pseudopterigium, simblefaron, ankiloblefaron, lekoma kornea, leukoma adherens, stafiloma kornea dengan neovaskularisasi.
Pengobatan :
Stadium I  : Antibiotika atau kemoterapeutika

Stadium II : sebaiknya dikirim kepada seorang dokter ahli mata, dimana mungkin harus dilakukan transplantasi selaput lendir bibir ke bagian konjungtiva yang nekrosis. Kalau kornea sangat keruh mungkin dilakukan transplantasi kornea. Lokal : antibiotika, kemoterapeutika. Kortison diberikan bila luka sudah sembuh. 

Narasumber : dr. Christian D Bato

Tidak ada komentar:

Posting Komentar