v Pendahuluan
Anak
adalah anugerah dari Tuhan yang sangat didambakan setiap pasangan suami istri (pasutri). Tapi faktanya, tak semua
pasutri dapat dengan mudah memperoleh keturunan. Namun jika sang anak tidak
kunjung datang, segala upaya akan ditempuh. Hampir setiap pasangan suami-istri
(pasutri) sadar, tidak mempunyai anak bukanlah akhir dunia. Namun, memiliki
darah daging sendiri tetap menjadi tujuan yang dirasakan penting. Apalagi
banyak di kalangan masyarakat yang masih menganggap keberadaan anak tidak saja
sebagai keturunan semata, tetapi juga menjadi penerus nama keluarga dan segala
adat budaya yang menjadi konsekuensinya. Data menunjukkan, 11-15 persen
pasutri usia subur mengalami kesulitan untuk memperoleh keturunan, baik karena
kurang subur (subfertil) atau tidak subur (infertil).1
Kini,
seiring makin majunya ilmu dan teknologi kedokteran, sebagian besar dari
penyebab infertilitas (ketidaksuburan) telah dapat diatasi dengan pemberian
obat atau operasi. Namun, sebagian kasus infertilitas lainnya ternyata perlu
ditangani dengan teknik rekayasa reproduksi, misalnya inseminasi buatan, dan
pembuahan buatan seperti tandur alih gamet intra-tuba, tandur alih zigot
intra-tuba, tandur alih pronuklei intra-tuba, suntik spermatozoa
intra-sitoplasma, dan fertilisasi in vitro. Nah, yang disebut terakhir
(fertilisasi in vitro/FIV), lebih dikenal dengan sebutan bayi tabung. Ini
merupakan salah satu teknik hilir pada penanganan infertilitas.1
Penyelidikan
FIV dimulai di Inggris oleh Robert Edwards dan Patrick Steptoe yang berhasil
melahirkan bayi tabung pertama di dunia 1978 sedangkan konsepsi buatan pertama
di Indonesia lahir tanggal 2Mei 1988 di Jakarta oleh Program Melati RSAB
Harapan Kita.1 Di Indonesia, menurut dr.
Subyanto DSOG dan dr. Muchsin Jaffar DSPK, tim unit infertilitas MELATI-RSAB
Harapan Kita, ICSI sudah diterapkan sejak 1995 dan berhasil melahirkan anak
yang pertama pada Mei 1996. Dengan teknik ini keberhasilan bayi tabung
meningkat menjadi 30 - 40%, terutama pada pasangan usia subur. Selain RSAB
Harapan Kita, Jakarta, teknik IVF juga sudah diterapkan di FKUI-RSUPN Cipto
Mangunkusumo (Jakarta), Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Surabaya),
dan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dan RS Dr. Sardjito
(Yogyakarta)
v PENGERTIAN
TAGIT
: Tandur Alih Gamet Intratuba Transfer atau GIFT : Gamet Intra Fallopian Tube
Transfer. Adalah usaha mempertemukan sel benih (gamet) ovum dan sperma dengan
cara menyemprotkan sel benih itu dengan memakai kanul tuba ke bagian ampula
tuba. Tujuan TAGIT adalah memasukkan sejumlah semen ke dalam rahim pasangannya,
untuk mendorong terjadinya fertilisas.1,2,5
FIV
: Fertilisasi In Vitro atau ET : Embrio Transfer atau Bayi Tabung. Adalah usaha
fertilisasi dilakukan di luar tubuh dalam cawan biakan,, dengan suasana yang
mendekati almiah. Jika berhasil, pada saat mencapai stadium morula, hasil
fertilisasi ditanduralihkan ke endometrium rongga uterus.1,3,5
v INDIKASI
Ø Indikasi pelaksanaan TAGIT adalah1,2
1. Infertilitas idiopatik yang tak terjelaskan
2. Endemetriosis ringan
3. Sindroma Rockitansky-Kustner-Hauser
4. Tuba satu dengan ovarium kontralateral
5. Infertilitas primer dengan usia >35 tahun
6. Oligoazospermia
Ø Indikasi pelaksanaan FIV adalah2,3,4
1. Infertilitas primer dengan umur di atas 35
tahun gagal dengan TAGIT
2. Oklusi tuba bilateral
3. Donasi ovum
4. Sindrma Rockitasky-Kuster-Hauser
5. Infertilitas idiopatik yang gagal dengan TAGIT
6. Oligoazospermia
v SYARAT-SYARAT
Syarat
pelaksanaan TAGIT adalah2
1. Tuba paten
2. Uterus dan endometrium normal
3. Ovarium berfungsi normal
4. Ada sperma yang motil (minimal 50.000/m)
Syarat
pelaksanaan FIV adalah4,5
1. Uterus dan endometrium normal
2. Ovarium berfungsi normal
3. Ada sperma yang motil
v Tata
cara dalam program TAGIT dan FIV5
1. Umumnya pasien adalah kasus-kasus yang rumit
dan untuk itu perlu dipersiapkan dengan teliti secara menyeluruh baik fisik,
psikologik dan financial.
2. Dalam program ini diinginkan diperoleh
beberapa ovum sekaligus, maka setiap pasien diberi pemicu ovulsi seperti ;
Klomifen sitrat dan GnRH (sering dipakai)
3. Pada pasien dengan haid yang tak teratur,
peninggian kadar gonadotropin (FSH dan LH) dengan ovaruim yang normal (sindroma
ovarium resistensi gonadotropin) dapat diberi analog GnRH terlebih dahulu,
untuk membendung pada tingkat hypothalamus à kemudian ovulasi dipicu dengan gonadotropin
murni (FSH murni) dan selama pemicuan pantau hormon LH, E2 atau
dengan USG dan bila telah dicapai folikel yang matang (diameter 18-20 mm, E2
mencapai 1000-1500 pg/ml à suntikan HCG, hal ini diikuti dengan aspirasi
folikel untuk memperoleh beberapa ovum à 2-35 jam kemudian.
Jika pasien
mengikuti program TAGIT2,5 :
1. Maka
pada hari aspirasi folikel, 2-3 jam sebelumnya dilakukan pencucian
sperma suami, kemudian diambil yang motil saja, untuk kemudian bersama-sama
dengan ovum yang diperoleh dimasukkan ke bagian ampulla saluran telur
perlaparaskopi.
2. Jadi, dalam hal ini pembuahan di luar tubuh
tidak dilakukan disini dan diharapkan fertilisasi di ampulla dapat terjadi
secara alamiah.
Jika pasien
mengikuti program FIV4,5
1. Setelah beberapa ovum berhasil diperoleh
kemudian dilakukan fertilisasi dengan
sperma suami yang diperoleh dengan jalan
pencucian yang serupa.
2. Fertilisasi dilakukan di luar tubuh pasien
yakni dalam satu media biakan dan apabila fertilisasi berhasil dilakukan, maka
pada stadium morula (8-12) sel, embrio
yang sedang tumbuh ini dipindahkan ke
rongga uterus (endometrium) melalui kanul khusus pada hari ke-3 – 5 paska
aspirasi folikel.
3. Selanjutnya pasien diberi substitusi
progesterone untuk member dukungan pada korpus luteum sebelum fungsi produksi
progesterone diambil alih oleh sel-sel trofoblast plasenta.
4. Pemantauan terhadap kemungkinan hamil
dilakukan melalui pemeriksaan hCG darah dan urine.
5. Meskipun teknik ini sangat rumit dan canggih
tapi angka untuk FIV keberhasilannya sangat kecil, di pusat-pusat FIV dan TAGIT
ini di dunia 10% untuk TAGIT dan 30-35% untuk FIV.
Secara umum, tahapan FIV sebagai berikut3,4,5:
1. Stimulasi ovarium
2. Pemantauan perkembangan folikel
3. Pengambilan ovum
4. Perkmbangan embrio dalam media biakan
5. Pemindahan embrio
v Perbedaan Antara
TAGIT DAN FIV2,5
1. TAGIT memerlukan sekurang-kurangnya satu tuba
yang sehat dan normal sementara FIV adalah sesuai untuk wanita yang mandul
disebabkan tuba rahim yang rusak, tersekat atau tanpa tuba langsung.
2. TAGIT memerlukan teknik lapasorkopi sementara
FIV tidak memerlukannya..
3. Dalam TAGIT, proses pembuahan terjadi dalam
tubuh, sedangkan FIV terjadi di luar tubuh dan diperiksa di bawah mikroskop.
4. Kini, proses TAGIT kurang diminati dan dipilih
kerana prosesnya lebih rumit, serta memerlukan harga yang lebih tinggi
dibanding proses FIV.
v ANGKA
KEBERHASILAN
Angka
keberhasilan super ovulasi dan TAGIT berkisar 10-15% per siklus, tapi dapat
mencapai 50% setelah beberapa kali prosedur dalam setahun jika dilakukan pada
keadaan spermatozoa normal dan saluran telur yang sehat. Yang berarti pada
setiap 100 pasangan yang mengikuti prosedur TAGIT berulang dalam setahun,
sekitar 50 akan hamil dan memiliki bayi sehat. Sedangkan berdasarkan
pengalaman, menurut dr. Muchsin, peluang terjadinya embrio pada teknologi bayi
tabung sekitar 90%, di antaranya 30 - 40% berhasil hamil. Namun, dari jumlah
itu, 20 - 25% mengalami keguguran. Sedangkan wanita usia 40-an yang berhasil
melahirkan dengan teknik in vitro hanya 6%. Karena rendahnya tingkat
keberhasilan dan mahalnya biaya yang harus dikeluarkan pasien, teknik ini tidak
dianjurkan untuk wanita berusia 40-an.
Keberhasilan
bervariasi tergantung pada jenis obat yang digunakan. Pemakaian klomifen sitrat
berkaitan dengan angka kehamilan yang rendah (angka kehamilan kurang dari 10%
per siklus). Angka kehamilan tertinggi didapat pada pemakaian gonadotropin.
Dokter akan melaksanakan 4 siklus TAGIT dan bila tidak berhasil, akan
direkomendasikan teknik lain seperti FIV.
Angka
keberhasilan FIV adalah1,4,5
Tingkat keberhasilan Program bayi tabung di
Indonesia :
a. Embrio yang berhasil terjadi 90 %
b. Kehamilan yang berhasil 30-40 %
c. Peluang keguguran 20-25 %
Tingkat peluang keberhasilan sangat ditentukan oleh usia wanitanya :
a. Diatas 42 tahun 0%.
b. 38 tahun s/d 42 tahun 10-11%
c. 30 tahun s/d 38 tahun 25-35%
d. Dibawah 30 tahun 35-40%
a. Embrio yang berhasil terjadi 90 %
b. Kehamilan yang berhasil 30-40 %
c. Peluang keguguran 20-25 %
Tingkat peluang keberhasilan sangat ditentukan oleh usia wanitanya :
a. Diatas 42 tahun 0%.
b. 38 tahun s/d 42 tahun 10-11%
c. 30 tahun s/d 38 tahun 25-35%
d. Dibawah 30 tahun 35-40%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar